Limiting Belief

Limiting belief dapat diartikan sebagai keyakinan yang membelenggu pikiran seseorang sehingga menyebabkan tidak berdaya. Tiga area yang paling umum dalam limiting beliefs /kepercayaan yang membatasi berpusat di seputar:

  1. hopelessness:tidak memiliki harapan.
  2. helplessness : tidak mampu tanpa pertolongan .
  3. worthlessness:mampu namun merasa tidak layak.

Tiga area belief /kepercayaan ini dapat memancarkan pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental dan kesehatan fisik seseorang.
Demi mencapai keberhasilan, seseorang perlu berpindah dari limiting beliefs di atas ke belief yang melibatkan harapan akan masa depan, perasaan berkemampuan (memiliki kemampuan) dan rasa tanggungjawab, dan perasaan bahwa dirinya berharga dan rasa ikut memiliki.
Jelaslah, beliefs yang paling mendalam adalah beliefs mengenai identitas kita. Beberapa contoh dari limiting belief mengenai identitas adalah: “Saya payah/tak berharga/adalah korban” “Saya tidak pantas sukses.” “Kalau saya mendapatkan sesuatu yang saya inginkan, pasti saya akan kehilangan sesuatu nantinya” “Saya tidak diijinkan menjadi sukses”
Limiting beliefs seringkali bekerja seperti sebuah “virus pikiran” dengan kemampuan merusak yang sama dengan sebuah virus komputer atau virus biologis. Sebuah “virus pikiran” adalah sebuah limiting belief yang bakal menjadi ”ramalan yang digenapi sendiri” dan menghalangi usaha dan kemampuan seseorang untuk sembuh atau memperbaiki diri. Virus-virus pikiran berisikan dugaan-dugaan yang tak terucap dan prasangka-prasangka yang membuat mereka sulit dikenali dan dibasmi.


Limiting beliefs dan virus-virus pikiran seringkali muncul bagaikan jalan buntu yang tak teratasi dalam proses perubahan. Pada jalan buntu seperti itu, seseorang akan merasa,”Saya sudah coba melakukan segalanya untuk mengubah ini dan tak ada satupun yang berhasil” Mengatasi jalan buntu secara efektif melibatkan penemuan inti limiting belief tersebut, dan menahannya supaya tetap di tempat.

Leave a Comment